Ayah , Ibu Maafkan Aku
…
Aku
benci saat melihat Ayah berlagak baik padaku dihadapan Ibu.Saat Ibu tak ada,ia
sangat kasar padaku.Jangankan untuk memeluknya,menatap matanya pun aku enggan.Lebih
baik melihat tumpukan sampah daripada wajahnya.Kalau boleh
membandingkan,hatinya dan sampah pun,mungkin lebih busuk hatinya.Sebenarnya,aku
juga tak mau menjelek-jelekannya.Tapi,kebencian telah merasuki jiwaku.Tak ada
kata maaf dan perasaan cinta untuknya.
Tapi semuanya sudah terlambat.Semua sudah terjadi dan tak
bisa terulang lagi.Tiba-tiba pandanganku menjadi kabur.Kepalaku berat dan …
Gelap.
PLAK!
“Aww ..” Aku meringis menahan tamparan Ayah.Apa ini?Bukankah
Ayah sudah … Astaga!Apa yang sedang terjadi?Kejadian ini seperti pernah aku
lalui.Yaampun,seperti .. déjà
vu
“Sudah kubilang,jangan pernah
mengadu apapun pada Ibumu!” Tatapannya yang bengis melekat menatapku tajam.
Aku hanya diam saja.Karna
seingatku,kalau aku berteriak atau melawannya,dia akan membunuhku.
“Kenapa kau diam saja?” Tanyanya
sambil mencekik leherku.
“A-au-ta-ma-su-tu-ya” Aku tak bisa
berbicara dengan normal.Nafasku cekat karna dicekik oleh Ayah.Mungkin ia
menyadarinya dan memperlonggar cekikannya.Dia menatapku tajam seolah itu
isyarat agar aku mengulang kembali pembicaraan tadi.
“Aku tak bermaksud mengadu pada
Ibu.Aku sedang berbicara dengan tembok kamarku untuk melampiaskan kekesalanku
padamu karna kau selalu menyiksaku.Aku tak tau dan sama sekali tak menyadari
kalau ternyata Ibu lewat depan kamarku dan mendengar
semuanya.Sungguh.Percayalah padaku.” Kataku sambil menunduk ketakutan.
Dia memperhatikanku untuk beberapa
saat.Entah apa yang dilihatnya.Beberapa detik kemudian ia memegang daguku dan
berkata, “ Jangan menunduk,anak manis.Angkat wajahmu.Perlihatkan wajah cantikmu
pada Ayahmu ini.”
Tak tau ada angin apa yang membuat
dia berbaik hati padaku.Tak seperti biasanya dia begini.Aku pun mengangkat
wajahku dan ..
BUK !
Sejurus kemudian,sebuah pukulan
mendarat diwajahku.
“Kau sudah gila,ya?Berbicara pada
tembok?” Katanya.
“Itu jauh lebih baik di banding aku
mengadu pada Ibu!” Kataku setengah berteriak.
Kejadian
saat ini sedikit berbeda dengan yang pernah aku alami.Mungkin karna tadi aku
tak menjawab pertanyaannya dan alur kejadiannya jadi berbeda.
Dari arah lain,aku melihat Ibu
sedang mengintip dibalik tembok.Sepertinya Ayah menyadari kedatangan Ibu.Dengan
segera,Ayah segera merangkulku.(Berpura-pura) sayang dan ramah
padaku.Tapi,sepertinya Ibu sudah mengetahui semuanya.
“Tak usah berpura-pura baik pada
putriku!Aku sudah tau semuanya dan aku terlalu bodoh karna membiarkan putriku
disakiti oleh laki-laki biadab sepertimu!Ayah kandungnya sendiri!” Ibu
kelihatan sangat emosi.Kulihat bendungan air dimatanya.
“Hahaha!Kau memang perempuan
bodoh,Elma.Lebih baik,kau dan putrimu enyah dari hadapanku secepatnya!”
Selagi Ayah dan Ibu beradu mulut,aku
berlari kedapur untuk mengambil sesuatu yang bisa kugunakan untuk menghabisi
lelaki brengsek itu.
Dulu,Ibuku meninggal
karna di bunuh oleh Ayahku sendiri.Aku lalu memeluk Ibu.Sepertinya lelaki itu
kurang puas dan ingin membunuhku juga.Saat itu aku merasa sangat ketakutan.Jiwa
Ibuku sudah tenang diSurga.Sedangkan aku masih merana disini.Menunggu ajalku
datang dengan memeluk jasad ibu yang ada disampingku saat itu.
“Sekarang saatnya kau
menyusul perempuan bodoh itu!Hahaha!” katanya sambil maju mendekatiku.
“Hentikan perbuatan
bodohmu,Ayah!Tak seharusnya kau berbuat seperti ini!Apa salahku dan Ibu?Kami
tak pernah membuatmu marah dan kecewa!Apa ini balasanmu pada kami?” Aku pun
menangis sambil memeluk jasad Ibu.
“Kalian berdua memang
perempuan Bodoh.Tak menyadari kesalahan sendiri.” Dia pun mulai maju lagi
mendekatiku.Saat jarak kami kurang lebih hanya setengah meter,aku merebut pisau
digenggamannya.
“Hey!Apa yang akan kau
lakukan,bodoh?Kembalikan pisau itu,kalau tidak akan kubunuh kau!” Katanya
geram.
“Haha.Untuk apa aku
mengembalikannya?Sama saja pada akhirnya aku akan mati.Lebih baik aku menusuk
diriku sendiri daripada tangan kotormu yang melakukannya.Ingat,pada suatu
saat,kau akan mendapat ganjaran dari apa yang kau perbuat.” Itu pesan
terakhirku.Aku pun menusuk perutku.Aku sulit bernafas dan semuanya gelap.
Aku pun segera berlari ketempat Ayah dan Ibu beradu mulut tadi.
“Sepertinya bukan aku dan Ibu yang enyah.Tapi KAU!” Aku lalu
menusuk dadanya dengan pisau.Tepat dijantungnya.Darah segar terciprat ke
wajahku.
Ibu yang sedari tadi melihatku tak bisa berkata apa-apa lagi.Dia
tak percaya kalau putrid kesayangannya bisa berbuat senekad itu.
Aku pun mencoba untuk mendekatinya.Mencoba menggenggam
tangannya,memeluknya dan berkata “Tenang,bu.Semuanya
sudah berakhir.”
Tapi semua salah.Ibu tak mau menyentuhku.Aku terus maju mendekati
Ibu tapi dia malah mundur.Aku mencoba untuk maju tapi ..
“STOP!” katanya , “Jangan mendekat!”
Aku pun berhenti.
“Ibu kenapa?Aku tak akan menyakiti Ibu.Peluk aku,Ibu”
“Kau bukan putriku!Putriku tak mungkin jahat seperti ini!” Dia
melihat kesampingnya.Ada telefon.Lalu dia mengangkat gagangnya dan menelfon seseorang.
“Tapi,bu.Ini semua demi Ibu!Ibu tau kan bagaimana busukknya dia?”
“Iya ibu tau,tapi …”
Tuitt … Tuitt .. Tuitt
Klakson mobil pun berbunyi.Aku dan Ibu pun memalingkan wajah ke
asal suara tersebut.
“Astaga,ibu!Ibu ingin membuangku ketempat terkutuk
itu?Tolong,bu.Jangan”
Ibu tidak menggubrisku.Pengurus rumah sakit jiwa dan polisi masuk
kerumahku.Aku diseret paksa untuk masuk kedalam mobil.
“Ibu .. tolong aku!”
Polisi segera membawa Ibu untuk dimintai keterangan dan juga
membawa jasad Ayah untuk di otopsi.
“Uhh .. dimana ini?” Saat aku membuka mata,bau obat-obatan khas
rumah sakit langsung tercium.
“Permisi,Elen.Ini makan malammu.” Kata suster sambil meletakkan
makan malamku dimeja.Suster itu pun keluar.Aku pun duduk.Memejamkan mataku dan
mengingat semua.Kenapa aku terbawa pada
masa lalu lagi?Dan betapa bodohnya aku merubah jalan cerita ini.Tapi kalau
tidak,Ibu akan mati.Terimakasih,tuhan.Kau memberikanku kesempatan untuk
menyelamatkan Ibuku.
Aku membuka mataku.Melirik kearah meja tadi.Ada sebuah garpu disana.Aku
pun mengambilnya.Tuhan,percuma aku
hidup.Tak ada gunanya lagi.Biarkan aku tenang disisi-Mu.Bawa aku
kedekapanmu.Ibu sudah tak sayang denganku.Izinkan aku bersama-Mu.
“Selamat tinggal,dunia.” Aku pun menancapkan garpu didada
kiriku.Tepat dijantungku.
Biarlah darah ini
menjadi saksi bisu pahitnya hidupku …